Laman

3/03/2009

Membentuk Karakter Lewat Pesantren Kilat Akhlak dan Moral Jadi Penentu Kelulusan

- Sekolah dituntut tidak semata mengedepankan aspek akademis dalam pembelajaran, tetapi juga memerhatikan aspek akhlak dan moral sebagai upaya pembentukan karakter. Ramadhan merupakan momentum untuk menyadarkan kembali pentingnya akhlak dan moral di sekolah.

Memasuki hari pertama sekolah pada bulan Ramadhan, beberapa sekolah di Kota Bandung mengadakan pesantren kilat sebagai bagian dari pembelajaran akhlak, moral, dan agama yang integratif.

Di SMAN 3 Kota Bandung, hari pertama pesantren kilat, Kamis (4/9), diisi dengan kegiatan nonton bareng film religi dan ceramah yang menekankan peningkatan iman dan takwa di kalangan siswa. Kegiatan ini diikuti ratusan siswa kelas X dan XI mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00.

Kegiatan pesantren kilat selama tiga hari di SMAN 3 diberi nama Kegiatan Religius Pesantren Kilat SMAN 3 Bandung (Kereta Gantung).

Menurut Ilham Muhammad, pengurus DKM Al-Furqon SMAN 3 Kota Bandung, kegiatan untuk mengasah akhlak dan moral di sekolah sebetulnya tidak hanya dilakukan saat Ramadhan. Akan tetapi, pada bulan puasa intensitas kegiatan meningkat. "Tiap Jumat, kami (DKM) diberikan kesempatan ke kelas-kelas untuk melakukan ceramah dan mentoring. Di sinilah terjadi pula transfer ilmu," ujarnya.

Hal yang dibahas tidak hanya akhlak dan religi, melainkan juga persoalan remaja hingga pendidikan. Menurut Ilham, dengan pendekatan ini siswa diharapkan tidak lagi sekadar berorientasi studi.

Penentu kelulusan

Menurut guru Agama yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana SMAN 3 Bandung Dadang Suhaedar, ada enam materi yang ditekankan selama pesantren kilat berlangsung, yaitu, akhlak, tauhid, akidah, ibadah, sejarah Islam, dan evaluasi praktik pada akhir kegiatan. Evaluasi ini akan menjadi bagian dari penentu kelulusan siswa dari satuan pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, nilai akhlak, termasuk agama, minimal harus baik agar siswa bisa lulus. "Pintar memang penting, tetapi karakter lebih penting," tutur Dudi Rachmat, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 3 Kota Bandung.

Di SMAN 5 Kota Bandung, kegiatan pesantren kilat ditujukan pula untuk melatih mental prihatin di kalangan siswa. Pada hari terakhir akan ada kegiatan malam bersama. Siswa akan buka puasa, sahur, shalat tarawih, shalat berjamaah, dan bermalam bersama.

"Di malam inilah akan ada pembentukan karakter tabiat. Dengan tidur di kelas, jauh dari kemewahan di rumah, mereka diharapkan bisa sadar, prihatin, dan punya kepedulian terhadap orang lain yang kondisinya lebih susah," tutur Wakil Kepala SMAN 5 Kota Bandung Rahmat Effendi.

Menurut anggota Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung, I Gede Raka, pendidikan di sekolah hendaknya lebih menekankan aspek pembangunan karakter (character building), tidak mementingkan aspek akademis atau kompetensi keahlian semata.

"Selama ini kan salah kaprah. Yang ditekankan kan lebih competence building, bukan character building. Ini harus segera direorientasi agar generasi ke depan punya moral baik," ujarnya. (JON)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar