DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar
Wednesday, 25 March 2009
Pengantar
Ini adalah kisah seseorang yang celaka karena perbuatannya. Dia telah mengundang kemurkaan Allah kepadanya manakala dia keluar dari rumahnya dengan kesombongan di antara manusia. Dia berjalan penuh kesombongan dan keangkuhan, lalu Allah membenamkannya di dalam tanah. Itulah akibat bagi orang-orang yang sombong.
Teks Hadis
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar yang menyampaikan kepadanya bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Manakala seorang laki-laki menyeret kain sarungnya dengan kesombongan, dia dibenamkan. Maka dia tenggelam di dalam bumi sampai hari kiamat."
Dari Abu Hurairah berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau Abul Qasim bersabda, "Ketika seorang laki-laki berjalan dengan pakaiannya, ia mengagumi dirinya. Rambutnya tersisir rapi. Tiba-tiba Allah membenamkannya, maka dia terbenam sampai hari kiamat." Dalam salah satu riwayat Muslim, "Sesungguhnya seorang laki-laki dari kalangan umat sebelum kalian berjalan dengan kesombongan dalam pakaiannya…"
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar dalam Kitab Ahadisil Anbiya', 6/515, no. 3485.
Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Libas, bab tentang orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, 10/258, no. 5790.
Riwayat kedua di Bukhari dalam Kitabul Libas, 10/258, no. 5789.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, 3/1653, no. 2088.
Penjelasan Hadis
Terkadang manusia lupa pada hakikat dirinya. Dia lupa bahwa dia diciptakan dari tanah, bahwa asal usulnya adalah dari air yang hina, dan bahwa dia keluar dari kelamin dua kali. Kali pertama ketika dia keluar dari tulang rusuk bapaknya dan kali kedua ketika ia keluar dari rahim ibunya. Dia lupa bahwa walaupun penampilannya menarik, pakaiannya bagus, dia tetap membawa kotoran di dalam perutnya. Dia lupa walaupun ia berbadan tinggi, dia tetap tidak bisa menembus bumi dan menggapai tingginya gunung. Ketika duri menusuknya, ia tetap berdarah. Lalat tetap mengganggunya, dan ular membuatnya takut. Muaranya adalah kematian. Jika kita dibuka setelah beberapa hari sejak dimakamkan, niscaya keadaan kita sangat menakutkan keluarga dan orang-orang dekat kita.
Sebagian orang lupa akan semua itu. Mereka membanggakan diri. Ujub menguasai mereka karena bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, dan pakaian yang bagus. Mereka berjalan di muka bumi dengan sombong, memalingkan pipinya dari manusia, menyeret pakaiannya di belakangnya, memandang manusia dengan pandangan penghinaan dan cibiran. Dia mengira dirinya orang terbaik, padahal sebenarnya dialah yang terburuk. Dia bisa diliputi adzab Allah di dunia dan akhirat.
Ini adalah seorang laki-laki dari kelompok seperti di atas, dari kalangan umat sebelum kita. Dia membanggakan dirinya. Dia keluar berjalan dengan kesombongan penuh. Dia berlenggok-lenggok dalam berjelan dan menyeret sarungya di belakanganya. Akibatnya, Tuhannya, murka kepadanya. Maka Dia membenamkannya ke dalam tanah seperti Qarun sebelumnya. Dia terbenam di dalamnya sampai hari kiamat.
Keagungan dan kebesaran adalah milik Allah Yang Maha Esa, tidak tertandingi, menjadi tempat bergantung para makhluk, serta menguasai seluruh sifat kesempurnaan dan kemuliaan. Dan barang siapa menyombongkan diri dan takabur, maka dia telah menantang Allah dalam satu dari sifat-sifatNya. Oleh karena itu, dia berhak memperoleh adzab di akhirat dan bisa pula adzabnya disegerakan di dunia sebelum akhirat.
Orang-orang yang sombong dan tinggi hati tidak berhak atas nikmat akhirat, karena Allah menyiapkan akhirat untuk, "Orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi." (Al-Qashash: 83). Orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang tinggi hati di muka bumi. Ketinggian hati ini mendorong mereka untuk merusak tanaman, hewan, dan semua yagn ada di muka bumi.
Ajaran-ajaran ilahiyah dalam jumlah yang banyak lagi melimpah melarang kesombongan, takabur, dan tinggi hati. Luqman mewasiatkan kepada anaknya, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman: 18)
Dalam wasiat-wasiat agung dalam surat Al-Isra' terdapat larangan berbuat sombong dan takabur, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Al-Isra' : 37)
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
1. Takabur dan kesombongan adalah dosa besar yang bisa mencelakakan pemiliknya di dunia dan di akhirat.
2. Tidak boleh menyeret pakaian. Jika hal itu dilakukan tanpa takabbur, maka ia haram atau makruh. Jika hal itu dilakukan dengan kesombongan maka ia dosa yang besar. Nawawi telah meringkas keterangan tentang isbal, yaitu melebihkan pakaian di bawah mata kaki. Dia berkata, "Tidak boleh memanjangkan kain di bawah mata kaki jika untuk kesombongan. Jika bukan untuk itu, maka ia makruh. Dan zhahir hadis-hadis mengikat isbal dengan tujuan kesombongan. Ini menunjukkan bahwa hukum haram hanya khusus untuk kesombongan. Begitulah nash syafi'i berpijak pada pembedaan seperti yang kami sebutkan. Dan para ulama telah berijma' dibolehkannya isbal bagi wanita. (Syarah Shahih Muslim, 14/250).
3. Bukan termasuk kesombongan jika seorang hamba menampakkan nikmat Allah kepadanya, seperti saat dia bersandal bagus, dan berpakaian bagus. Lebih-lebih jika itu diikuti dengan syukur kepada-Nya. Dan in dinyatakan oleh hadis-hadis shahih.
4. Sebagian dosa hukumnya disegerakan di dunia sebelum akhirat, sebagaimana orang sombong ini yang dibenamkan oleh Allah ke bumi.
5. Menetapkan adzab kubur. Orang yang dibenamkan ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bergoncang di dalam tanah sampai hari kiamat.
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 377 --380.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar