”Janganlah kamu berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang negara, atau kamu pergunakan lebih dari sewajarnya. Sebab semua itu merupakan penyebab utama kehancuran.” (Sultan Muhammad Al Fatih)
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]. “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium.
Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga putra Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.
Sultan Muhamad II dikenal sebagai el-Fatih "sang Penakluk", Dia mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang pemimpin muda legendaris yang dikenal jauh lebih hebat dari Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain Jalut melawan tentara Mongol).
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah meneliti dan meninjau usaha ayahnya melawan Costantinopel.
Bahkan Fatih muda terus mengkaji tentang usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan tekad yang kuat untuk meneruskan cita-cita ke arah itu. Ketika naik tahta pada tahun 855H / 1451M, beliau telah mula berfikir dan menyusun strategi agar tidak menemui kegagalan seperti pendahulunya.Ketika itu Konstantinopel berada dalam penguasaan sebuah kerajaan yang sangat tangguh dan hampir mustahil bagi kekuatan manapun untuk dapat menaklukan mereka, bahkan dapat dikatakan sebuah mission imposible.
Sultan Muhammad sadar betul akan hal itu sehingga tidak ada senjata yang lebih ampuh selain ketaqwaan untuk mengalahkan Romawi. Maka terlebih dahulu Sultan Muhammad membekali tentaranya dengan bekal taqwa, sebelum memberinya pedang, panah, meriam, dan yang lainnya. Ketika memimpin 265 ribu tentaranya Sultan Muhammad sendiri yang berada di garda terdepan lalu diikuti oleh para ulama, sesepuh dan para pemuka negara. Di bawah hujan api dan panah, berkat pertolongan Allah, dengan mantap pasukan Turki Usmani bergerak maju dan akhirnya berhasil membobol pagar Konstantinopel. Sejak itu sultan Muhammad II digelari dengan Al-Fatih (Sang Penakluk).
Gelar ini menjadi sangat terkenal dan mengalahkan nama aslinya di kemudian hari.
Sejak itu Konstantinopel menjadi ibu kota negara Turki Usmani dan oleh Sultan Muhammad II diubah namanya menjadi Islam Pol (Kota Islam), kemudian mengalami pergeseran ucapan sehingga menjadi Istambul. Sultan Muhmmad Al-Fatih menampakkan toleransi yang sangat tinggi kepada penduduk kota itu. Dia memberikan kemerdekaan kepada umat Nasrani dan menyuruh orang-orang Yunani yang lari saat pengepungan untuk kembali.
Sultan Muhammad II terkenal sebagai penguasa yang rendah hati. Selama menduduki satu kawasan, utamanya di Konstantinopel, misalnya, dia menjalankan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat saat menaklukkan wilayah musuh.
Sesuai ajaran Rasul, Dia pun memperlakukan orang-orang taklukan dengan baik. Tidak ada perlakuan semena-mena. Sejarah pun mencatat, Sultan Muhammad II adalah sultan pertama yang mengkodifikasikan hukum kriminal dan konstitusi jauh sebelum Sultan Sulaiman. Di samping itu, dia pula yang mengembangkan citra klasik kesultanan Usmaniyah yang otokrasi (padishah). Setelah kejatuhan Konstantinopel, dia mendirikan sejumlah universitas dan perguruan tinggi, yang beberapa di antaranya masih berdiri sampai sekarang.
Menjelang wafatnya pemimpin agung tersebut berpesan pada penerusnya, "Janganlah kamu berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang negara, atau mempergunakan lebih dari sewajarnya. Sebab semua itu pangkal utama kehancuran.”. ""Wahai penggantiku, tak lama lagi aku akan menghadap Allah. Namun aku sama sekali tidak khawatir, karena aku meninggalkan pengganti seperti kamu.
Jadilah engkau seorang pemimpin yang adil, shaleh, dan penebar kasih sayang. Rentangkan perlindunganmu terhadap seluruh rakyat, tanpa membeda-bedakan. Giatlah untuk menyebarkan Islam, mengingat menyebarkan Islam adalah kewajiban raja-raja di bumi. Kedepankan kepetingan agama atas kepentingan apa pun selainnya. Jangan pernah lemah dan lalai dalam menegakkan agama. Jangan pernah mengangkat orang-orang yang tidak mempedulikan agama sebagai pembantu-pembantumu.
Juga, jangan pula mengangkat orang-orang yang bergelimang dosa dan maksiat sebagai menteri-menterimu.
Hindari bid"ah-bid"ah yang merusak.
Pertahankan negeri melalui jalan jihad. Jagalah harta di Baitul Mal, jangan dihambur-hamburkan. Jangan sekali-kali mengambil harta rakyatmu kecuali sesuai dengan aturan Islam.
Himpunlah orang-orang yang lemah dan fakir. Berikan penghormatanmu kepada orang-orang yang berhak. Lalu, di ujung usianya, pahlawan legendaris itu berpesan: ""Pelajaran ini dariku aku datang ke negeri ini laksana semut kecil tapi Allah karuniakan nikmat kepadaku yang sedemikian besar. Berjalanlah seperti yang aku lakukan. Janganlah kamu berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang negara, atau kamu pergunakan lebih dari sewajarnya. Sebab semua itu merupakan penyebab utama kehancuran.""
Tidak ada komentar:
Posting Komentar