Ma’asyiral Muslimin wal muslimat Rahimakumullah!
Hari ini Umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri. Lantunan takbir, tahmid, dan tahlil yang mengagungkan asma Allah berkumandang menyambut hari raya ini. Jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT.
Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik fitrah. Titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Allah Sang Pencipta tidak pernah bermaksud buruk ketika pertama kali menciptakan manusia. Karena itu tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Ya Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di rama-dhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.
Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.
Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memu-darkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami tak mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, mes-ki setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.
Sebagian dari kami tak bisa meman-faatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana me-mupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.
Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memen-jarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.
Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.
Akhir ramadhan yang membosankan kami. Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini.
Engkau pasti tahu, bahwa sebagian besar dari kami selalu tidak ajeg untuk meniti hidup pasca ramadhan. Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.
Catatan akhir ramadhan yang kurang bagus ini, membuat kami tertantang untuk selalu mengalirkan darah segar untuk perjuangan yang suci ini. Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman.
Allahuakbar 3x…
Sebulan penuh kita telah menjalani shoum Romadhon beserta paket-paketnya, insya Allah kita lakukan dengan penuh kesabaran, ketenangan, ketekunan, keikhlasan, dan keimanan. Itu sebabnya hari ini kita berhak merayakan sebuah kemenangan, menjadi pribadi yang TAQWA, dan menjadi pribadi yang FITRAH.
Dan rupanya mempertahankan KEMENANGAN jauh lebih tidak tidak mudah dibandingkan dengan MENCAPAI KEMENANGAN itu. Banyak orang yang sudah menang lalu menjadi sombong, lupa diri, lupa berbagi, bahkan lupa jati diri.
Banyak orang berpikir Idul Fitri adalah puncak kemenangan kaum musilimin. Tahukah Anda jika Anda pun merasakan bahwa Idul Fitri adalah puncak, maka biasanya setelah PUNCAK yang hadir adalah TURUNAN. Itu sebabnya, betapa banyak kaum Muslimin yang Sudah berjuang 30 Hari di Bulan Ramadhan untuk meraih FITRAH, justru kembali kepada FITNAH. Selain TURUN kualitas amalnya, TURUN pula Kuantitas amal-amalnya.
Yang tadinya Sholat Malam Rutin, kini tak lagi Rajin. Yang Tadinya membaca Al-Quran penuh semangat, kini tak lagi antusias sebab dianggapnya sudah tamat. Yang tadinya Banyak sedekah dan berbagi, kini tak lagi sudi kecuali hanya sedikit sekali. Na’udzubillahi min dzalik. Itu sebabnya kemenangan sejati adalah HANYA milik orang-orang yang bertaqwa, buka milik orang-orang yang tertawa ketika Ramadhan ditinggalkannya.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu mendapatkan kemenangan.
{ Q.S. An-Naba’ (78) : 31}.
Maka judul khutbah Idul Fitri 1429 H kali ini adalah “Kembali kepada FITRAH, 6 Mutiara Fajar Laskar Kemenangan”.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
Selama mutiara di hatimu masih kokoh bersemayam, tidak tergadai apalagi terjual, maka kemenangan itu selalu berulang, sebab mutiara itu obor harapanmu. Ibarat laskar yang pantang pulang sebelum kemenangan di tangan, membela mati-matian, terjatuh satu terbangun seribu. Ya, mutiara tetaplah sebagai mutiara dimana pun ia berada. Andalah Mutiara sang pemenang sejati. Dimana seorang pemenang tak pernah menyerah dan orang yang menyerah tak pernah menang.
Kemenangan sejati itu bersifat FITRAH. FITRAH itu Semula Jadi. Fitrah itu Keaslianmu diwaktu dulu. FITRAH itu kesejatianmu sebagai Abdullah dan Khalifah. Yakinlah, Setiap dirimu dihadirkan sebagai pemenang sejati. Walau tak selamanya engkau memenangkan petualanganmu, tapi yakinlah bahwa selamanya engkau adalah sang pemenang. Percayalah, melodi kemenanganmu masih terpelihara hingga kini. Tak masalah berapa kali Engkau pernah gagal, yang penting berapa kali engkau bangkit dari kegagalanmu.
Masih ingatkah, dulunya, dari sekitar setengah milyar sel spermatozoa yang terlepas bahagia, saat ledakan start lomba bersama purnama cinta, maka engkaulah satu-satunya yang bertahan, lantaran engkaulah sel spermatozoa yang paling sabar, paling tahu jalan, paling ikhlas, paling bertawakkal, paling bersyukur, paling mengerti tentang cinta, paling istiqomah, paling tinggi harapannya, sehingga engkau pun terus bergerak lincah bergairah menuju piala “ovum” yang tersedia hanya satu-satunya. Engkau tercipta sebagai sang pemenang sejak awal mula. Satu mengalahkan 500 juta. Maka bergeraklah terus untuk MEMPERTAHANKANNYA.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. { Q.S. Al-Insyiroh (94) : 7-8}
Kaum Mukminin dan Mukminat yang selalu rindu bertemu dengan Allah SWT
Allahu akbar3x Walillahilhamd
Satu pertanyaan yang perlu kita renungkan. Apakah kita hari ini sudah mendapatkan kembali sang FITRAH itu?
Secara sederhana, Khotib akan uraikan SINGKATAN dari FITRAH. FITRAH diawali huruf “F”, yang berarti “Furqon”. “I” kependekan dari “Ikhlas”. “T” berirama “Tawakkal”. “R” adalah “Rendah Hati”, lalu “A” adalah “Apa Adanya”, serta yang terakhir “H” melambangkan sebuah “Harapan”.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
1. FURQON
Furqon artinya pembeda. Membedakan mana mutiara dari hati dan mana mutiara dari hawa. Pemisah antara yang benar dan salah, hak dan batil, Cahaya dan Kegelapan, sukses dan gagal, pemenang dan pecundang, iman dan ingkar, Annur dan Annaar.
Ketahuilah, kecerdasan tertinggimu adalah kecerdasan akan kemampuanmu dalam hal membedakan sesuatu. Seperti Nabi Ibrahim as., kecerdasannya bermuara kepada kemampuan kecerdasan spiritual, yakni membedakan mana Tuhan sesungguhnya dan mana Tuhan yang rekayasa. Untuk menjadi sang pembeda yang lihai, maka engkau tak cukup membuat perbedaan dalam tataran pikiran dan rasa saja. Untuk membedakan dengan cerdas dan tuntas, engkau pun harus mulai membuktikannya dengan langkah-langkah yang istiqomah. Bergairah.
Artinya, seringkali untuk menjadi cerdas dalam membedakan, engkau harus berani mencoba bertindak, bukan sekedar berani berpikir dan meyakini. Ingatlah, dua penyebab kegagalan sejati adalah : pertama, karena beriman tanpa bertindak, dan yang kedua, karena bertindak tanpa dilandasi keimanan. Keimanan adalah akarnya tindakan.
Tentu saja, Sejak kapan akar mengkudu berbuah durian? Sejak kapan keikhlasan berbuah keluhan? Sejak kapan cinta berbuah derita? Sejak kapan harapan berbuah putus asa? Sejak kapankah? Engkaulah yang memilihnya.
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
{ Q.S. At-Taubah (9) : 105}
Janganlah menjadi penakut dan hanya mau berada di tepi, di pinggiran, menjadi orang-orang yang meminggirkan diri. Sebab jika engkau menyendiri lantaran takut maka untuk apa kau gunakan RUH suci dari Tuhanmu itu?
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. { Q.S. Al-Hajj (22) : 11}
Ayo pilihlah. Biarkan fitrahmu tetap bermuara. Biarkan mutiara fajar itu bekerja. Tanpa pilihan maka kau yang akan dipilihkan, diperebutkan, ditarik-tarik, didorong-dorong, diobok-obok. Kau lah objeknya, kau lah targetnya, kau lah mangsanya.
Ingatlah bahwa Hidup ini adalah PILIHAN. Dan setiap Pilihan pasti mengandung Resiko yang tak bisa Anda pilih. Kalau Anda memilih Ikan paus maka resikonya bernama samudera, bukan selokan. Artinya, pelaut ulung tidak dilahirkan dari laut yang tenang. Layang-layang terbang tinggi karena berani melawan arah angin. Cita-cita besar akan dipaketkan dengan ujian dan resiko yang besar. Memilih itu memang tidak mudah, tetapi Tidak pernah Memilih jauh lebih menyulitkan lagi.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
2. IKHLAS
Dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Q.S. Yunus (10) : 105}.
Engkau dikatakan tidak ikhlas jika : Engkau beramal karena orang lain, atau jika Engkau tidak jadi beramal karena orang lain. Dan engkau dikatakan tidak ikhlas jika mayoritas ucapanmu berisi keluhan dibandingkan kesyukuran.
Sudahkah engkau ikhlas dengan kehidupanmu saat ini? Adakah yang membuat hidupmu tidak bisa berjalan dengan ikhlas? Masalah-masalah kah yang telah membuatmu mempermasalahkan keikhlasanmu? Bukankah masalah-masalah itu yang tetap membuatmu hingga kini bertahan dan berTuhan?
Kadang masalah hadir lewat hembusan angin, kadang lewat amukan air, kadang lewat luapan api, dan kadang lewat retaknya bumi. Tapi itu semua hakikatnya hanya ilusi, eksternal masalahmu, tapi internal ujianmu. Semuanya kembali pada dirimu, pada fitrahmu, dimana sang mutiara fajar bersemayam.
Walaupun semua orang mengatakan bahwa engkau akan gagal, tapi jika engkau yakin bisa berhasil maka, insya ALLAH engkau pasti berhasil. Dan walaupun semua orang mengatakan bahwa engkau akan berhasil tapi engkau malah meragu, maka keraguan dan kegagalanlah yang akan kembali kepadamu. Famayya’mal mistqoola dzaarotin khoiroyyaroh, wamayya’mal mistqoola dzarrotin syarroyyaroh
Tidak ada yang berat, jika tenagamu cukup untuk mengangkatnya, bahkan menyelaraskannya. Sesendok garam bisa membuat air dalam gelas menjadi asin. Tapi tidak ada air yang asin, walau seratus sendok pun garam ditumpahkan, jika wadahnya selebar danau keikhlasan. Lapangnya dadamu.
Mulai hari ini, hindari do’a penuh keluhan “Wahai Allah, masalahku sangat besar”, tapi katakanlah “Wahai Masalah, Allah itu Maha Besar.” Nah, sebesar apakah masalahmu? Sebesar bumikah? Apakah “gara-gara” masalahmu sebesar bumi lalu engkau mengecilkan Allah dan kekuasaan-Nya? Astaghfirullahal’aziim…
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. { Q.S. Al-Baqoroh (2) : 45}
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
3. TAWAKKAL
Tawakkal artinya menyerahkan segala permasalahan hidupmu hanya kepada Allah, dari jiwamu yang terdalam. Allah lah tempat siapa pun berharap, menggantungkan harapan tertinggi dan semua. Paket dari Tawakkal adalah Azam, atau tekad kuat dan usaha yang mantap. Tawakkal tanpa ditemani tekad dan usaha adalah pasrah yang kebablasan. Ber-azam dulu, berencana dulu, berdo’a dulu, barulah engkau bertawakkal kepada Allah SWT seraya bersungguh-sungguh bergerak.
Kemudian apabila kamu telah ber-azam (membulatkan tekad), maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. {. Ali-Imron (3) : 159}
Apa yang sesungguhnya engkau butuhkan dalam hidup ini? Sudahkah kebutuhanmu selaras dengan sinergi dakwah semestamu. Apakah kebutuhanmu jika terpenuhi, sungguh tidak akan menjadikan dirimu lupa akan tugas utamamu. Sebagai Khalifah dan Abdullah.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. { Q.S. Al-Baqoroh (2) : 216}”
Mulai hari ini, percayakan saja sepenuhnya kepada-Nya setiap kebutuhan-kebutuhanmu, setiap sel dalam tubuhmu, satu-satunya ruh dalam jiwamu, dan setiap ujian cerca yang melandamu. Berserah dirilah dengan penuh. Bertawakkallah dengan sungguh.
Mulai hari ini, belajarlah untuk memberi lebih ikhlas dan tawakkal. Memberilah kepada manusia karena cintamu kepada Allah, dan memintalah kepada Allah agar engkau bisa memberi lebih banyak lagi. Salah satu ciri orang yang memiliki TAWAKKAL yang tinggi adalah hobinya untuk berbagi dan bersedekah.
Kaya itu Penting, Tapi Sedekah itu jauh lebih kaya dan abadi. Kaya di dunia dan kaya di akhirat. Jangan takut bersedekah karena miskin, dan jangan takut miskin karena bersedekah. Sedekah akan membuat engkau menjadi kaya, bahagia, dicintai Allah dan MakhlukNya. Itu sebabnya, Jangan pernah menunggu kaya baru engkau bersedekah, tapi bersedekahlah maka engkau menjadi kaya.
Begitupun, tak usah sungkan dirimu menginfakkan hartamu untuk membangun Mesjid Al-Barokah ini. Harta yang kau habiskan untuk Jajan dan Merokok hanya akan menjadi beban Hisabmu di akhirat, tapi bersedekah, untuk pembangunan Mesjid Al-Barokah, sehingga hartamu berkah, menyelamatkanmu di alam barzah.
“… Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. { Q.S. ATH- THOLAAQ (65) : 3}
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
4. RENDAH HATI
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina”. { Q.S. Al-A’raaf (7) : 166}
Jadikan dirimu sebagai pemenang yang rendah hati. Tidak usahlah kau tambah, sudah cukup banyak para pemenang yang arogan, walau tidak sedikit juga para pecundang yang justru lebih arogan. Memang sungguh Terlalu! Na’udzubillaahimindzaalik
Hanya sedikit pencetak gol yang lantas refleks sujud syukur setelah wasit memastikan kesahihan golnya. Kebanyakan mereka merayakannya dengan berteriak, menari, bahkan memamerkan sedikit aurat di perutnya; dengan demikian, berhasil membuat lawan yang tertinggal angka, menjadi resah dendam terpatri. Ingat sekali lagi, Gol itu bukan tujuan utama, tapi hanya percepatanmu menuju ketaqwaan. Kalau lantaran Gol tercipta lalu bolong jala ketaqwaanmu, maka segeralah kembali kepada jalan yang fitrah.
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah Dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.
{ Q.S. Al-Israa (17) : 83}
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
5. APA ADANYA
Sudahkah hari ini engkau melihat dunia ini apa adanya? Sudahkah engkau menerima keadaan dirimu, keadaan semestamu, lebih dan kurangnya, dengan apa adanya? Masihkah ada rasa tertekan, sumbatan energi dalam tubuhmu, ketika semestamu mempertontonkan rasa zalim yang menyakitimu? Pikirmu, bisakah seseorang menyakiti hatimu jika kau tak mengizinkan hatimu untuk tersakiti?
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. { Q.S. An-Naml (27) : 14}
Berkarakter “apa adanya” bukan berarti menyerah pada kezaliman yang ada. Lalu siap ditekan dan dizalimi sesama. Sekali lagi, Bukan berarti tertekan itu dipersilakan, tapi berdamailah dengan diri sendiri, selaraskan dengan normatif religi, lalu lebih kuat bersinergi tuk perbaiki semestamu itu dan ini. Buat apa tertekan, jika perasaan tertekan terbukti lebih berkonstribusi menambah masalahmu. Selaraskan jiwamu dengan nilai luhurmu, bukan selaraskan dirimu dengan nilai leluhurmmu atau realita terbaru. Tidak semua dari Leluhur itu luhur, dan juga tidak semua yang baru itu luhur; Yang luhur hanyalah yang “Apa adanya” tertera di dalam Al-Quran dan Sunnahnya.
Nilai luhur itu dari Tuhan, sedangkan realita itu sudah banyak rekayasa syaitan dan manusia arogan. Sekali lagi engkau harus memfilternya, dan berani memilih, memilah, bukan diam malah. Jangan menyerah dengan “apa adanya” yang salah, tapi berbahagialah dengan “apa adanya” yang fitrah.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. { Q.S. Ali-Imran (3) : 146}
Para pemilik fitrah sejati pun memiliki kekuatan “Apa Adanya” dalam menerima risalah Islam. Berkarakter “Sami’na wa Atho’na”. Kami dengar, dan kami lakukan. Benar-benar menempatkan Al-Quran di atas seluruh aturan, dihormati dengan segenap, dijadikan subyek rujukan untuk kemaslahatan hidup manusia, kesejahteraan semesta. Ya, sebuah rujukan dan bukan rujakan.
Hari ini ada sebagian manusia karakternya sudah tidak “Apa adanya”, tapi lebih kepada “Ada apanya”. Mereka coba memilih-milih aturan Allah, memfilter yang sudah murni, menyaring dalam angan. Dan berusaha menyingkirkan aturan Allah yang sudah baku dengan berbagai dalih logika dan empati yang bernuansa musyrik sejati, ciptaan sendiri.
Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai subjek, tetapi malah dijadikannya sebagai objek. Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai rujukan, melainkan malah menjadikannya sebagai rujakan. Mereka potong ayat-ayat yang sudah ada, lalu mereka campur dengan bumbu kemunafikan, diolah dengan sambal kemaksiatan; sehingga ayat-ayat Al-Quran yang murni pun menjadi ternoda dan tercampur oleh suasana nafsu hati mereka. Pantas saja jika bumi, langit, dan seisinya rusak dan demam karena tindakan mereka dan orang-orang sejenisnya.
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan (Al-Quran) itu. { Q.S. Al-Mu’min (23) : 71}
Kaum Mukminin dan Mukminat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
6. HARAPAN
Para insan taqwa yang dimuliakan oleh Allah SWT. Hari ini yakinlah bahwa para pemilik fitrah sejati selalu mempunyai harapan dalam hidupnya. Manusia tanpa harapan tidak ada bedanya dengan jasad mati yang bergerak tanpa Arruh dan Arah. Itu sebabnya, engkau harus memiliki banyak harapan, setidaknya satu, agar kau masih bisa bernafas.
“…Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” Q.S. Yusuf (12) : 87
Jangan pernah bunuh harapan yang masih bersemayam di jiwamu. Walaupun kini, harapanmu sepertinya kecil dan belum terwujud nyata, tetaplah bersyukur pada Allah SWT, karena setidaknya engkau telah memiliki harapan itu. Kalau lah harapan saja sudah tidak ada, maka apalah yang bisa diharapkan di dunia ini, apalagi di akhirat. Bersyukurlah dengan harapan yang ada, maka engkau akan ditambah kenikmatan dari-Nya. Bertubi-tubi, Mau? Berharaplah.
Masalah itu Lumrah. Masalah itu Hadiah. Maslah itu ujian dan cinta dariNya. Kalau engkau lari dari masalah maka engkau lari dari kasih sayang Allah. Masalah-lah yang membuat engkau tetap bertahan dan berTuhan. Masalah itu memang tidak enak, tapi ia melahirkan rasa enak. Lapar adalah masalah, tapi tanpa lapar kita tidak pernah menikmati makan. Sebagaimana tanpa haus kita tak pernah optimal merasakan nikmatnya sebuah minuman. Semakin lapar semakin enak makannya, semakin haus semakin enak minumnya, semakin banyak masalah semakin besar harapan mu dekat dengan Tuhan, dekat dengan Sumber Solusi. Teruslahlah bergerak dan berharap. Selama engkau tetap bergerak dan berharap pada Allah, maka sungguh dibalik Frustasi dan sesaknya dadamu, ada Prestasi sejati yang menantimu.
Harapan itu dihadirkan agar kita bisa melakukan yang terbaik dalam hidup yang sebentar ini. Tanpa harapan, maka tiada yang bisa diharapkan dari kehadiranmu di dunia ini. Jadilah manusia yang penuh dengan harapan, agar kehadiranmu di tengah semestamu selalu diharapkan. Dan harapan tertingimu adalah pertemuan dengan Allah SWT.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.{ Q.S. Al-Insyiroh (94) : 8}
WALLAHU A’LAM BISH-SHOWAB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar