Laman

9/26/2010

Karakter Bangsa Jepang Dalam bekerja

Ciri-etos kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah :
Pertama, bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja. Tentu saja Orang Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi, kalau gajinya lumayan orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika ditanya " Seandainya Anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, Anda berhenti bekerja?", kebanyakan orang Jepang menjawab, "Saya tidak akan berhenti, terus bekerja". Bagi orang Jpeang kerja itu seperi permainan yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya, di Jepang, kerja dilakukan oleh satu tim. Di aingin berhasil dalam permainan ini dan ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi mereka, kawan-kawan yang saling mempercayai sangat penting. Karea permainan terlalu menarik, dia kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut work holic oleh orang orang asing.

Kedua, mendewakan langganan. Memang melanggar ajaran Islam, etos kerja orang Jepang mendewakan langganan seperti Tuhan. Okyaku sama ha kamisama desu yang artinya langganan adalah Tuhan. Kata itu dikenal semua orang Jepang. Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat mungkin dan berusaha mengembangkan hubungan erat dan panjang dengan langganan.

Ketiga, bisnis adalah Perang. Orang Jepang yang berada di dunia bisnis menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain. Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu untuk belajar strategi bisnis. SunTzu adalah sebuah buku militer Tiongkok kuno pada abad 4 sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun orang bisnis sekarang. Untuk menang perng, perlu strategis dan pandangan jangka panjang. Supaya menang perang seharusnya diadakan persiapan lengkap untuk bertempur. Semua orang Jepang tahu peribahasa Hara ga kette ha ikusa ha dekinu yng artinya kalau lapar tidak bisa bertempur. Oleh karena itu, orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap.
Jepang merupakan negara yang jatuh pada titik nol, khusunya dalam industri. Namun, mereka merangkak, tertatih-tatih, kemudian berdiri. Selanjutnya seperti yang kita lihat industri Jepang telah berlari jauh kemuka mendahului neghara yang mengalahkannya. Akan tetapi, bukan berarti Jepang ridak memilikikegoncangan, pada awal 1990-an misalnya, banyak perusahaan Jepang mem-PHK secara massal. Mereka mengintroduksi gaya Amerika, yakni performance-paid system pda tahun1990-an untuk mengirit biaya tenaga kerja. Sistem ini gajinya dibayar menurut hasil kerjanya. Tetapi, sistem ini merusakkan kerja tim di dalam perusahaan dan menghilangkan kesetiaan pekerja pada perusahaannya. Bgi orang Jepang memilih menjadi lebih langsing dan ringan. Pekerja tetap menjadi terbatas, kebanyakan peekrja adalah non tetap. Etos kerja pekeja non tetap ada kemungkinan berubah drastis.
Blok sekutu kini boleh gigit jari, gregetan atapun senyum kecut melihat si bayi kini menjadi raksasa. Mereka terpontang-panting menyelamatkan industrinya dari serbuan industri Jepang yang merajalela. Sejarah, dengan cepat telah mengubah nasib Jepang. Negara manatahari terbit itu telah berada jauh di puncak keberhasilannya. Dan, dampaknya telah mengangkat derajat Asia dimata Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar